Jumat, 10 Juni 2011

Pengolahan air limbah keluarga

“Visit Indonesia” adalah semboyan yang beberapa tahun belakangan ini sering kita lihat di televisi maupun spanduk di tengah keramaian kota. Keindahan alamnya membuat negara ini dijuluki Zamrud Khatulistiwa, kita patut bangga terhadap kekayaan budaya dan alam yang dimiliki oleh negara ini. Namun, ada satu hal yang luput dari perhatian kita, yaitu masalah kebersihan. Tengok saja, sungai-sungai yang ada di Indonesia.
Tingkat pencemaran air sungai di berbagai daerah di Indonesia sangat tinggi. Sepanjang tahun 2010 terjadi 79 kasus pencemaran lingkungan yang mencemari 65 sungai di Indonesia. Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran air di Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun, termasuk kerugian di bidang pariwisata. Sungguh ironis sekali. Pemerintah telah berupaya membuat Indonesia menjadi tempat pariwisata, namun kondisi lingkungan masih tidak mendukung. Apalagi, sumber air untuk kebutuhan kita sehari-hari selama ini berasal dari sungai-sungai tersebut.
Salah satu sumber pencemar terbesar sungai-sungai di Indonesia adalah limbah rumah tangga (blackwater dan greywater). Greywater (limbah rumah tangga ringan) berasal dari air bekas cucian peralatan rumah tangga, seperti peralatan makan, pakaian, dll. Sedikitnya 1,3 juta meter kubik limbah cair rumah tangga dari 22 juta penduduk Jabodetabek dialirkan ke sungai, belum termasuk penduduk di daerah perkotaan lain (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jakarta, 2010)
Di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta Timur dan Jakarta Utara, air bersih sudah menjadi barang langka. Tidak hanya di Jakarta, kelangkaan air bersih sekarang ini menjadi salah satu masalah di dunia. Kenaikan jumlah penduduk membuat kebutuhan air semakin meningkat. Menurut National Water Company, rata-rata orang di rumah menggunakan sekitar 1600 liter per hari untuk berbagai kebutuhan. Tiga kebutuhan air terbesar dalam rumah tangga adalah untuk menyiram tanaman, mandi, dan mencuci.
Dari sini muncul ide di kepala saya, kenapa kita tidak mengolah air limbah rumah tangga (greywater) menjadi air bersih yang bisa dimanfaatkan kembali? Tentu banyak masalah yang dapat teratasi, mulai dari masalah krisis air bersih, masalah lingkungan, hingga masalah kerugian di bidang pariwisata.

ide fotokatalisis catur dan tania
Limbah rumah tangga mengandung bahan-bahan anorganik maupun organik, seperti bakteri, bahan kimia yang apabila tidak diolah secara tepat dapat menjadi penyebab penyakit disentri, tipus, kolera, dan lain-lain. Teknologi pengolahan air limbah rumah tangga yang ada saat ini memerlukan beberapa tahapan agar mendapatkan air bersih. Tempat pengolahan juga harus dikontrol dan dibersihkan secara berkala. Hal ini membuat proses pengolahan menjadi tidak praktis. Oleh karena itu, teknologi yang cepat dan efektif untuk pengolahan air limbah rumah tangga sangat diperlukan.
Salah satu teknologi yang dapat mengolah air limbah rumah tangga adalah fotokatalisis. Teknologi ini melibatkan reaksi fotokimia oleh suatu katalis. Reaksi ini mengakibatkan bahan kimia menjadi terurai sehingga menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Katalis yang digunakan, yaitu Titanium oksida (TiO2), hanya akan aktif ketika terkena cahaya, termasuk cahaya matahari dan tergolong aman, murah, serta ramah lingkungan karena bersifat non toksik. Karena menggunakan energi radiasi sinar matahari, fotokatalisis termasuk teknologi hemat energi. Selain itu, tidak memerlukan pengontrolan dan pembersihan tempat pengolahan secara berkala. Dengan demikian, fotokatalisis merupakan teknologi yang cukup solutif untuk pengolahan greywater rumah tangga.
Saya dan teman saya-Tania- telah melakukan riset kecil-kecilan untuk mengolah greywater rumah tangga dengan teknologi fotokatalisis di bawah bimbingan Dosen Ahli Fotokatalisis Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia, yaitu Prof. Slamet. Sampel yang kami gunakan adalah air yang mengandung deterjen sebagai salah satu komponen greywater rumah tangga. Eksperimen dilakukan pada kotak plastik yang berisi 1 L air sampel yang mengandung deterjen 100 ppm dan berisi fotokatalis. Kotak tersebut diletakkan di bawah sinar matahari selama 2,5 jam.
Kami menggunakan fotokatalis TiO2 Degussa P-25 berukuran nano yang dilapiskan ke batu apung. Cara ini juga telah dilakukan oleh senior kami, Winda, Ikha, dan Ayuko untuk teknologi pengolahan air hujan menjadi air minum. Batu apung digunakan untuk menjaga katalis tetap berada di permukaan sampel agar terkena sinar matahari. Batu apung yang digunakan memiliki diameter 1-2 cm. Ukuran batu apung yang kecil membuat luas permukaan kontak antara fotokatalis dengan sampel semakin besar sehingga proses pengolahan limbah semakin efektif.
Hasil penelitian kami ternyata cukup memuaskan. Setelah 2,5 jam, sampel menunjukkan penurunan konsentrasi deterjen sebanyak 88%. Dengan demikian, terbukti bahwa teknologi fotokatalisis efektif untuk aplikasi proses pengolahan limbah rumah tangga dan hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat. Melihat hasil tersebut, tidak menutup kemungkinan pengolahan limbah rumah tangga ini dapat dikembangkan lagi hingga menghasilkan air yang siap minum.

Sanitasi lingkungan perumahan dan kerja

Lingkungan kerja yang sehat sangat menentukan kenyamanan, produktivitas dan prestasi kerja. Selain itu, pada kegiatan industri yang meproduksi produk tertentu seperti makanan, minuman, jamu, obat, dan kosmetik menuntut kualitas sanitasi yang baik pada lingkungan kerja, area produksi dan proses produksi. Adapun hotel, restoran atau rumah makan, selain tuntutan sanitasi yang baik dalam lingkungan kerjanya juga tuntutan sanitasi yang baik dalam pelayanan terhadap konsumen, seperti bedcover, meubeler, peralatan makan, dapur, cara preparasi dan penyajian makanan-minuman, dan rest area.
Standarisasi pengetahuan dan praktek sanitasi sangat diperlukan untuk mencapai kepuasan konsumen dan kualitas layanan yang optimal. Standar sanitasi yang baik dapat diuji dengan metoda-metoda praktis melalui pengujian-pengujian yang dapat dilakukan dengan cepat dan akurat terlebih karena saat ini produk-produk pengujian sanitasi lingkungan telah tersedia dan mudah diperoleh.
Standar sanitasi tidak terlepas dari macam kegiatan yang dilakukan dan resiko-resiko yang dapat ditimbulkan dari kondisi sanitasi tersebut. Kegiatan usaha berupa industri makanan-minuman tentu akan berbeda dengan rumah sakit atau hotel dalam hal standar sanitasi dan parameter yang digunakan.

HIGIYENE MAKANAN

Panduan Dasar Hygiene Makanan (I)
Posted on November 11, 2008 by Prabowo Bukan Subianto
Kita semua perlu makan untuk hidup dan penting bahwa makanan yang kita konsumsi tidak menyebabkan kita sakit. Untuk menyiapkan dan mensuplai makanan yang akan dikonsumsi dibutuhkan penanganan yang hati-hati dalam hygiene makanan. Hal ini untuk menghindarkan terjadi keracunan makanan, terbuangnya bahan makanan, kerugian bisnis dan terjadinya tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh personal atau tempat kerja anda.

Apakah Hygiene Makanan ?
Menjaga tempat kerja, staf dan peralatan bersih adalah bagian penting dari hygiene makanan.
Jika bekerja di area yang bersih :
• Mengurangi resiko terjadi produksi makanan yang berbahaya
• Mencegah gangguan serangga seperti lalat, tikus dll
• Lebih menarik konsumen
Hal lain yang juga penting adalah cara penanganan makanan dan penyimpanannya.
Penanganan dan penyimpanan yang buruk dapat menyebabkan munculnya keracunan makanan, meskipun di tempat kerja yang bersih sekalipun.
Terdapat 40 orang yang mati setiap tahunnya karena keracunan makanan. Mereka termasuk kelompok yang beresiko tinggi :
• Anak usia dini
• Orang tua
• Orang yang sedang sakit
Mengapa Mempelajari Hygiene Makanan ?
Setiap orang sebaiknya mengetahui tentang Hygiene Makanan. Tidak ada seorangpun yang mau sakit. Anda harus menerima training sehingga makanan yang diproduksi benar-benar aman untuk dikonsumsi. Kebiasaan yang baik akan mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau terinfeksi kuman. Makanan harus dimasak secara teratur untuk mencegah terjadinya sakit.
Sebagaimana penyakit, hygiene yang jelek dapat menyebabkan :
• Kontaminasi makanan oleh kuman dan sumber lain
• Terbuangnya makanan
• Gangguan oleh serangga, seperti lalat dan tikus
• Kehilangan waktu kerja karena sakit
• Menurunnya produktivitas dan efisiensi
• Kehilangan konsumen dan keuntungan
• Pelanggaran hukum
Hukum dan Hygiene Makanan
Pemerintah menetapkan Food Safety Act (Aturan Keselamatan Makanan) untuk memastikan bahwa makanan yang dijual aman untuk dikonsumsi. Hal ini mempengaruhi tiap orang yang bekerja di industri makanan – dalam bagian produksi, proses, penyimpanan, distribusi dan penjualan makanan. Hukum tersebut ditetapkan pada 1 Januari 1991. Hal ini untuk melindungi semua orang. Petugas hukum harus memastikan bahwa semua orang mematuhi aturan hukum tersebut.

Food Safety Act (Aturan Keselamatan Makanan) 1990 memberikan kewenangan pada menteri untuk membuat aturan-aturan. Beberapa diantaranya yang berkaitan dengan Hygiene makanan.

Aturan hukum memberikan kekuatan pada petugas hukum untuk :
•Memasuki tempat persiapan makanan untuk memeriksa hal-hal yang memungkinkan terjadinya pelanggaran
•Menginspeksi makanan untuk memeriksa apakah makanan tersebut aman untuk dikonsumsi
•Mengambil makanan yang dicurigai dari tempat persiapan makanan dan membawanya ke pengadilan jika ternyata makanan tersebut tidak aman

Anda harus memberi keterangan dan membantu petugas hukum – anda dapat didenda jika anda tidak melakukannya

Jika Food Safety Act (Aturan Keselamatan Makanan) dilanggar dapat berakibat :
•Penutupan usaha
•Denda 20.000 pound sterling untuk masing-masing pelanggaran
•Penjara 2 tahun
•Kompensasi untuk pelanggan yang terpengaruh makanan

Hygiene Makanan Dan Bisnis
Hygiene makanan yang buruk berpengaruh pada bisnis. Tidak ada yang ingin membeli makanan atau makan di tempat dengan reputasi jelek. Tidak ada orang yang mau bekerja di tempat tersebut, sehingga akan menyebabkan keluar masuknya karyawan yang tinggi.
Reputasi yang jelek dapat menimbulkan :
•Bisnis Berkurang
•Keuntungan yang rendah
•Kelebihan yang mungkin

PENCEMARAN UDARA

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.

SANITASI TANAH

Pemriksaan sanitasi tanah (telur parasit)
A. PENETAPAN LOKASI

Lokasi pengambilan sampel tanah adalah di halaman rumah-rumah penduduk misalnya di desa percontohan kesehatan lingkungan, P2LDT, daerah kumuh, desa nelayan, daerah transmigrasi dan lain-lain.
Lokasi pengambilan sampel adalah di lokasi yang ada program jambu. Prioritas lokasi adalah di halaman rumah penduduk yang diperkirakan belum semua anggota keluarganya menggunakan jamban.

Titik lokasi pengambilan sampel di tempat-tempat sebagai berikut :
a. Di dalam rumah, yang berlantai tanah perlu di ambil sampel tanah, seperti pada tempat-tempat yang dipakai pada ruang keluarga sekitar dapur dan kamar mandi.
b. Di halaman rumah, seperti sekitar tempat bermain anak-anak, sekitar jamban, halaman yang lembab atau di halaman rumah yang diperkirakan tercemar kotoran manusia.



B. PENGAMBILAN SAMPEL

Sampel tanah yang dimaksud adalah tanah permukaan. Tanah permukaan adalah bagian dari tanah yang berada pada permukaan. Bagian tanah ini diambil dengan mudah dengan cara pengerokan dengan sendok semen. Hal ini penting diketahui karena telur/larva cacing usus yang tersebar pada tanah adalah berada pada permukaan tanah.
1. Peralatan
Alat-alat yang dipergunakan untuk mengambil sampel adalah :
a. Garpu tanah
b. Sendok semen
c. Kantong plastik
d. Spidol
2. Cara Pengambilan
Setelah titik lokasi ditentukan lakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Bersihkan titik lokasi tersebut dengan farpu tanah dari dahan-dahan, rumput-rumput kering dan kerikil.
b. Siapkan kantong plastik kemudian diberi kode lokasi dan tanggal pengambilan sampel dengan spidol permanen.
c. Keroklah tanah permukaan pada lokasi tersebut seluas ± 40 x 40 cm2 dengan menggunakan sendok semen sebanyak ± 100 gram.
d. Ikatlah kantong-kantong plastik yang telah terisi dengan baik, untuk dikirim ke laboratorium. Jadi tiap rumah diperoleh 4 kantong sampel tanah.

E. PENGIRIMAN SAMPEL
Pengiriman sampel ke laboratorium hendaknya tidak lebih dari 7 hari. Dalam perjalanan hendaknya tidak terlalu panas.
Bila laboratorium puskesmas belum dapat melakukan pemeriksaan, dapat dikirim ke laboratorium Rumah Sakit, atau ke laboratorium lain yang terdekat.

F. PEMERIKSAAN SAMPEL
Sasaran
Sasaran pemeriksaan adalah telur dan larva cacing usus yaitu :
a. Telur untuk cacing : Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, cacing tambang
b. Larva untuk cacing : Strongiloides

Reagensia
Reagensi yang diperlukan :
a. Larutan hipoklorid 30%
b. Larutan Magnesium Sulfat (282 gr/liter)
c. Eosin
d. Aquadest

3. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah :
a. Sendok tanah
b. Sentrifuse lengkap dengan tabung
c. Tabung reaksi dengan rak
d. Obyek glass (kaca benda)
e. Deck glass (kaca tutup)
f. Gelas ukur 1.000 ml
g. Steering rod (kaca pengaduk)
h. Hydrometer (pengukur BD)
i. Mikroskop
j. Kain kasa (5 cm x 5 cm)
k. Kaos kecil
l. Aplikator
m. Corong
n. Timbangan

4. Prosedur
a. Timbang sampel tanah yang telah dibersihkan dari kerikil dan daun-daunan (rumput-rumput kering) sebanyak 5 gram.
b. Masukkan tanah ini ke dalam tabung-tabung setrifuse.
c. Tambahkan 20 ml larutan hipokhlorit ke dalam tabung yang berisi tanah.
d. Aduk dengan steering rod hingga merata dan diamkan selama 1 jam.
e. Setelah semua rumah tabung dalam sentrifuse terisi semua, hidupkan sentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama kurang lebih 2 menit. Lakukan kegiatan ini sampai 2 kali.
f. Setelah diputar selama 2 menit, buang cairan supernatant.
g. Endapan tanah yang ada ditambah dengan larutan MgSO4 yang telah disiapkan sampai mencapai lebih kurang ¾ volume tabung.
h. Putar lagi dengan sentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.
i. Sentrifuse dihentikan, ambil tabung-tabung sentrifuse ini, tempatkan dalam rak yang telah tersedia.
j. Tambahkan larutan MgSO4 dengan BD 1.260 ke dalam tabung-tabung sentrifuse sehingga mencapai permukaan tabung dan permukaannya sedikit mengembung. Diamkan beberapa menit.
Pengaturan BD MgSO4 dapat dilakukan dengan penambahan air bila BD-nya tinggi sedangkan bila BD MgSO4 rendah (H.1.260) ditambah dengan larutan MgSO4.
k. Tutupkan deck glass kepada tiap-tiap tabung ini dan tunggu selama 30 menit. Jika ada telur dan larva cacing dalam tanah tersebut maka telur dan larva tersebut sudah mengapung dan menempel pada deckglass.
l. Pindahkan deck glass ini ke atas sebuah kaca benda (object glass). Jika perlu tambahkan eosin sebagai pewarna, maka sediaan telah siap.
m. Periksa sediaan ini di bawah mikroskop dan identifikasi telur/larva cacing usus yang ada.
n. Lakukan pemeriksaan terhadap semua sampel yang diterima.

F. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN
Suatu titik lokasi dinyatakan positif (+) apabila paling sedikit 1 (satu) di antara keempat sediaan yang diperiksa dan titik lokasi tersebut positif telur atau larva cacing tersebut.

Sanitasi

Sanitasi dan air
Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan [4]:
1. Kesehatan. Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif.[4]
2. Penggunaan air. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.[4]
3. Biaya dan pemulihan biaya.[4]
a. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan menggunakan praktik-praktik konvesional, untuk membuang air dibutuhkan biaya lima sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S. menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari 1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter.[4]
b. Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air cenderung mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak dengan memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat.[4]